Senin, 22 Oktober 2012

Si Scopophobia


          Lan, panggil saja namaku lan,ya hanya lan tidak lebih. Seorang gadis aneh dengan seribu misteri dalam hidupnya. Seorang gadis yang memilki tak paras secantik dewi-dewi khayangan. Seorang gadis biasa yang hidup di keramaian kota yang mulai menggila karena waktu. Seorang yang tak bisa mengatakan isi hatinya pada siapapun. Seorang yang sangat membenci akan tatapan.

         Aku, aku benci di tatap dan benci menatap mata orang lain. Benci? Sebenarnya bukan benci melainkan takut, aku takut untuk menatap mata orang, aku takut ditatap oleh mata yang membuatku kadang resah yang berlebihan. Aku gelisah jika di tatap, aku membenci perasaan itu. Rasa takut saat aku ditatap oleh mata orang yang tak ku kenal. Seakan mereka menatap penuh kebencian pada ku.

“apa aku salah?”
“salah aku apa mereka menatapku demikian?”
“apa aku berbuat sesutu yang mengganggu mereka”
“apa penampilanku begitu buruk di mata mereka?”
“apa aku sangat tidak menarik di mata mereka?”
“jangan tatap aku! Jangan tatap aku!”

         Itu yang sering ku katakan dalam hati dalam situasi di keramaian. Aku sering menghindari keramaian, karena di sini aku merasa sangat tidak nyaman. Aku nyaris saja pingsan waktu itu, sungguh. Aku bahkan rela memutar balik jalan yang ke jalan yang lebih sepi untuk menghindari kontak mata dengan mereka. 

         Tak jarang keringat dingin membasahi tubuhku, mereka menatap ku seperti seorang yang benar-benar berbeda dengan mereka. Aku selalu mencoba berpikir positif namun sering kali rasa takutku mengalahkan pikiran ku sendiri.

         Aku pun pernah ditabrak sepeda motor gara-gara aku terlalu menundukan kepala ku karena takut akan tatapan dari orang-orang disekitarku, untungnya aku masih baik-baik saja waktu itu.

           Bahkan saat aku berbicara dengan lawan bicara ku, aku selalu mengalihkan mata ku dari pandangan nya. Terlalu menakutkan, aku selalu berpikiran negatif saat orang lain menatap kedua mata ku. Mata mereka seakan menyiratkan rasa akan tidak suka pada ku. Aku takut, sangat takut.

           Dan semua itu membuatku tak bisa beradaptasi dengan lingkunganku yang baru maupun yang sudah terjalin sejak dahulu. Alhasil aku hanya memiliki beberapa teman saja dalam hari ku. Aku merasa senang walaupun jumlah temanku itu bisa di hitung dengan jari-jari manis di tangan ku. 

       Sejak aku menginjak bangku sekolah menengah pertama aku merasa beruntung saat orang tua ku memberikan telepon genggam dengan fitur radio didalamnya. Setiap aku pulang dan pergi sekolah, earphone selalu menempel pada daun telinga ku. Dan memang ini sedikit efektif untum membuat rasa cemas ku berkurang. Hingga saat ini aku masih mendengarkan lagu-lagu dari pemutar musik yang ku dengarkan melalui earphone untuk mengalihkan rasa cemasku akan tatapan dari orang-orang sekitar ku.

 Entah ini kelaian atau memang begitu diri ku...