Hitam, hitam memang bukan
warna primer. Tapi terlihat banyak sekali yang menyukai warna yang terlihat menyatu jika di pasangkan dengan warna lain ini.
Aku sangat menyukai warna hitam, lihat saja dari barang-barang ku kebanyakan warna hitam. Dan di blog ini saja identik dengan warna hitam. Tapi bukan berarti aku tidak menyukai warna lain. Aku suka warna biru dan merah juga, dan menurutku itu warna yang keren. Namun ada cerita di balik kesukaan ku terhadap warna hitam ini.
Warna hitam sering di identikan dengan gelap dan suram. Namun tidak berarti mereka yang menyukai warna itu harus diidentikan dengan hal-hal tersebut. Tapi tak lepas dari masa lalu ku juga aku menyukai warna hitam.
Sedikit berbagi cerita, dulu kehidupanku dengan keluargaku memang tidak terlalu baik. Dan sepertinya akau yang paling merasakan hal itu. Aku mempunyai seorang kakak perempuan dan dua adik, dan posisi ku adalah anak ke dua di sini.
Dari dulu aku menyukai warna hitam, karena aku sering merasa tidak dianggap. Aku marah pada diri sendiri, seperti tak ada cahaya lagi bagiku untuk tetap bisa bertahan dalam situasi seperti ini. Bahkan kamar ku waktu itu penuh dengan warna hitam.
"Aku benci cahaya, aku benci warna terang! dan aku benci nama ku yang berarti cahaya! bagaimana bisa mereka memberiku nama cahaya sedangkan aku sendiri tak bisa mencahayai diri sendiri dalam kegelapan hidup ini?" dan itu kata-kata yang masih ku ingat hingga saat ini.
Aku selalu tertutup, bahkan pada orang tua ku sekalipun. Sepertinya tak ada celah untuk bisa membagi apa yang kurasakan pada mereka. Aku selalu merasa sendiri. Sendiri dalam kegelapan. Bahkan hati ku saat ini seperti penuh dengan kegelapan yang begitu pekat dan tak ada cahaya yang menolongku tuk bisa keluar dari kegelapan ini. Hitam....hitam....hanya hitam yang terlihat di setiap sudut mata ku. Aku mulai menyukainya. Hitam dan lebih hitam dari hitam itulah hati ku saat itu.
"Dark than darkness"
Dulu aku memang selalu merasa sendiri, bahkan aku tidak menggap orang-orag yang berada di sekelilingku itu ada. Aku tidak bisa berkomunikasi, berinteraksi maupun berteman sebagaimana anak-anak seumurku saat itu. Bahkan ada teman sekelasku mencemooh ku karna aku tak bisa berinteraksi dengan mereka.
Menggelikan, aku merasa hanya aku sendiri yang berada di sana. Aku selalu melakukan apa yang ku inginkan saat itu. Bahkan memanjat pohon yang paling tinggi pun aku pernah melakukannya. Berjalan-jalan ke tempat yang lebih jauh dari rumahku walaupun itu masih wilayah rumah ku. Melewati parit yang besar, mencebur ke kolam yang kata orang itu angker, namun anehnya aku tetap saja melakukannya. Bersepeda, berselancar sepatu roda hingga diam di atas bukit sambil menikmatinya sendiri. Seolah tak ada yang bisa mengentikanku saat itu.
Sungguh, aku sangat rindu sifat ku yang dulu. Merasa bebas berlari kemana pun angin kan berhembus. Namun di balik kebebasan ku itu, batinku tersiksa dengan keadaan. Seperti yang ku bilang, aku anak ke dua tapi apa anak kedua harus di nomor dua kan? sedangkan anak pertama, ketiga dan keempat harus di nomor satu kan? hmmm...sungguh tak adil bukan. Namun kenyataan memang seperti itu untuk ku.
Aku hanya bertanya mengapa hanya aku? hanya aku yang tidak kalian perhatikan? apakah kalian membenci ku? apa kalian tidak mau menerimaku sebagai anak kalian? sebagai adik dan kakak untuk kalian? kalau begitu untuk apa aku dilahirkan dan hidup? dan pertanyaan itu terus berulang-ulang memenuhi isi kepala ku.
Suram, ya bisa di bilang hidup ku memang surang. Dulu, itu dulu. Tapi ku harap itu tak terjadi di masa sekarang dan masa depan ku.
Dan aku sekarang aku mencoba tuk menyukai cahaya seperti nama ku. Dan berharap cahaya ku dapat menerangi seluruh dunia ini.
''I'M LIGHT! LIGHT IN THE DARKNESS"
MY NAME IS LIGHT
MOONLIGHT IN THE NIGHT